I can't save us Raungku kala malam hari Tadi, esok, dan mungkin juga lusa Tatkala yang kulihat hanya mereka Jejeran angkot antar kota yang supirnya tengah berdoa Tak hanya di Darmaga semata Menunggu penumpang katanya Kuketuk satu persatu pintu tetanggaku Puluhan ribu uang dipegangnya, Tak banyak, Tak ada juga yang berwarna merah "Mengapa tak pergi?", tanyaku. "Inginnya pergi, tapi lagi ngirit ", singkatnya. Kulihat karung beras ibuku, Dua tiga liter mungkin ada, Tenang, bapak masih berusaha! Is it any wonder things get dark?
Dua bulan yang lalu, aku lupa tepatnya setelah melakukan aktivitas apa, yang pasti sore itu, aku menghabiskan jam-jam yang tersisa dengan menyusuri toko buku di sebuah mall di kota Bogor. Setiap lorong aku datangi, kulihat beberapa buku-buku Best Seller yang ditampilkan rapi di rak yang dari semua juru bisa terlihat. Aku sentil temanku dan ku beritahu dia bahwa dua dari buku yang terterta itu sudah aku baca beberapa tahun lalu dan aku heran kok masih ada di sana aja, tanyaku. Selama kurang lebih 50 menit aku berkeliling, aku putuskan untuk tidak membeli buku baru sebagai penebusan rasa bersalah karena di rumah saja sudah numpuk belum dibaca, tiga pensil Toko buku adalah tempat mewah, bagiku. Heh kenapa? sampai usiaku 14tahun, aku hanya pernah memberi 4 buku di Gramedia, satu Atlas, dua buku Ujian Nasional dan satu buku Mahir Bahasa Inggris (yang ini aku salah pilih, nggak ngerti aku dulu isinya apa), sisanya aku dapat koran pengasihan dan buku-buku lungsuran dari sepupuku ya...